BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Sampai saat ini Indonesia merupakan negara yang bercorak agraris. Pada tahun 1999 sektor pertanian menjadi sumber penghidupan 44% rakyat Indonesia (Paleztine, 2010). Jumlah ini belum menghitung sektor-sektor lain yang sangat berkaitan erat dengan pertanian. Pertanian dan perkebunan adalah sektor yang sangat vital bagi sebuah bangsa. Hal ini terjadi karena pertanian merupakan sumber bahan pangan, sandang, bahkan papan, dan saat ini juga energi. Keempat tadi boleh dikatakan telah menjadi kebutuhan pokok manusia modern saat ini di luar telekomunikasi dan pendidikan (Paleztine, 2010). Ekonomi pertanian adalah bagian ilmu ekonomi umum yang mempelajari fenomena-fenomena serta persoalan-persoalan yang berhubungan dengan pertanian baik mikro maupun makro.[1] Sumberdaya ekonomi pertanian meliputi lahan pertanian, rumah tangga pertanian, dan pendapatan petani.[2]. Ekonomi pertanian merupakan satu-satunya cabang ilmu ekonomi yang terkait dengan pemanfaatan lahan. Makalah ini mencoba sedikit menjelaskan mengenai sumber daya ekonomi dalam pertanian.
B. Rumusan
Masalah
1. Apa
jenis-jenis sumber daya ekonomi dalam pertanian?
2. Apa
permasalahan dan kendala dari masing-masing sumber daya ekonomi?
3. Apa
permasalahan yang dihadapi dalam sumber daya ekonomi pertanian?
C. Tujuan
1. Mengetahui
jenis-jenis sumber daya ekonomi dalam pertanian.
2. Mengetahui
peran dan kendala dari masing-masing sumber daya.
3.
Memahami permasalahan
yang dihadapi dalam sumber daya.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Jenis-jenis
Sumber Daya Ekonomi dalam Pertanian
Sumberdaya ekonomi pertanian meliputi
lahan pertanian, rumah tangga pertanian dan pendapatan petani. Rumah tangga
pertanian memiliki arti sangat penting karena berperan mengubah dan atau
meningkatkan nilai tambah lahan pertanian. Berdasarkan data BPS 2002, rumah
tangga petani yang bekerja pada sector pertanian dibagi menjadi 2 kelompok
besar petani yaitu petani pengguna lahan dan petani bukan lahan. Lahan di
Indonesia secara umum dikelompokkan menjadi lahan pertanian dan lahan bukan
pertanian. Lahan pertanian dikelompokkan lagi menjadi sawah dan bukan sawah.
1. Lahan
pertanian (sawah, tegal, ladang)
a. Sawah
Sawah merupakan
bentuk pertanian pada lahan basah. Hasil utama pertanian
pada lahan basah adalah padi.
b.
Tegal
Tegal merupakan bentuk pertanian
pada lahan kering. Tegal tidak terlalu membutuhkan air. Biasanya hanya
mengandalkan air hujan. Hasil pertanian tegal antara lain tebu, nanas,
jagung, ubi dan singkong. Tebu merupakan bahan baku pembuatan gula.
Sedangkan singkong merupakan bahan baku pembuatan tepung tapioka.
c.
Ladang
Ladang merupakan bentuk pertanian
yang dibuat dengan membuka hutan. Hutan ditebang dan dibakar, kemudian
ditanami. Ladang ada yang dibuat berpindah-pindah. Ladang seperti ini jika
dibuat dalam area yang luas dapat menyebabkan kerusakan hutan. Hasil
ladang antara lain singkong, gandum dan sayuran.
2.
Rumah tangga pertanian
a.
Perkebunan
Perkebunan dapat dibedakan menjadi
dua yakni perkebunan di dataran rendah dan perkebunan di dataran tinggi.
Di atas sudah disebutkan contoh hasil perke-bunan.
Indonesia merupakan negara penghasil kelapa sawit terbesar kedua
di dunia. Selain itu dalam hal rempah-rempah, sejak
dahulu Indonesia terkenal sebagai penghasil rempah-rempah. Contoh
rempah-rempah adalah lada dan pala.
b.
Perikanan
Bentuk usaha
perikanan dibedakan menjadi dua, yakni perikanan laut dan
perikanan darat. Perikanan laut merupakan bentuk usaha menangkap ikan di
laut. Hasil perikanan laut antara lain bandeng, tongkol, cumi-cumi, bawal
dan udang. Wilayah negara kita dua pertiganya adalah laut. Laut di negara
kita kaya akan ikan. Namun banyak diantaranya ditangkap oleh nelayan
ilegal dari luar negeri. Hal ini disebabkan kurangnya sistem pengamanan
yang kesulitan menangani luasnya wilayah laut di negara kita.
Perikanan darat merupakan bentuk perikanan dengan menangkap atau memelihara ikan selain di laut. Misalnya di sungai, empang atau kolam dan di aquarium. Hasil perikanan darat antara lain mujaer, mas, koi dan lele. Hasil perikanan darat selain untuk kebutuhan pangan juga digunakan untuk hiasan. Banyak ikan yang karena bentuknya yang indah dipelihara orang sebagai ikan hias. Contohnya adalah louhan, arwana dan mas koi. Harga ikan-ikan hias ini bisa mencapai jutaan rupiah.
Perikanan darat merupakan bentuk perikanan dengan menangkap atau memelihara ikan selain di laut. Misalnya di sungai, empang atau kolam dan di aquarium. Hasil perikanan darat antara lain mujaer, mas, koi dan lele. Hasil perikanan darat selain untuk kebutuhan pangan juga digunakan untuk hiasan. Banyak ikan yang karena bentuknya yang indah dipelihara orang sebagai ikan hias. Contohnya adalah louhan, arwana dan mas koi. Harga ikan-ikan hias ini bisa mencapai jutaan rupiah.
c.
Peternakan
Usaha peternakan merupakan usaha
memelihara hewan untuk dikonsumsi sendiri ataupun dijual. Usaha peternakan
di Indonesia masih banyak yang menggunakan cara-cara tradisional.
Berdasarkan hewan yang diternakkan, usaha peternakan dibedakan menjadi tiga,
yaitu:
·
Ternak hewan besar (sapi, kuda,
kerbau, dll)
·
Ternak hewan kecil (kambing, babi,
kelinci, dll)
·
Ternak hewan unggas (ayam, itik,
angsa, dll)
Hasil dari usaha peternakan antara
lain daging, telur dan susu.
B. Peran
dan Kendala Sumber Daya Ekonomi Pertanian.
1. Lahan
sebagai penyedia untuk mengolah tanaman pertanian. Namun permasalahnya
banyaknya konversi lahan, kepemilikan lahan yang kurang luas atau terdapat di
beberapa daerah dalam satu orang kepemilikan sehingga mengurangi efesiensi
dalam penggarapan lahan pertanian, dan degradasi lahan banyak lahan yang sudah
menurun unsur hara dan bahan organiknya sehingga akan menurunkan produksi
pertanian.
2. Teknologi
dan alat produksi ( alat-alat produksi, sistem budidaya, dan pengelolaan hasil
pertanian). Berfungsi sebagai alat untuk memudahkan pekerjaan dalam mengolah
dan budidaya pertanian, menghemat waktu dan menghasilkan produksi pertanian
yang melimpah daripada menggunakan tenaga kerja manusia. Kendalanya alat
produksi yang relatif mahal, dan tidak semua petani dapat membeli alat
tersebut. Selain itu faktor budaya dimana banyak petani yang lebih
memilih tetap menggunakan buruh tani karena sudah membudaya dan kekeluargaan
dengan buruh tani tersebut.
3. Sumber
daya manusia (pelaku produksi pertanian)
dalam berbagai bidang, sumber daya manusia menjadi pelaku utama yang menggerakkan tata laksana sebuah institusi, maupun negara. Pemerintahan yang berjalan saat ini juga diisi oleh sumber daya manusia yang tentunya adalah orang-orang yang terpilih. Dalam kata lain, mereka yang dapat duduk menjalankan tugas negara itu adalah orang yang memiliki kapabilitas lebih dari pada yang lain.
dalam berbagai bidang, sumber daya manusia menjadi pelaku utama yang menggerakkan tata laksana sebuah institusi, maupun negara. Pemerintahan yang berjalan saat ini juga diisi oleh sumber daya manusia yang tentunya adalah orang-orang yang terpilih. Dalam kata lain, mereka yang dapat duduk menjalankan tugas negara itu adalah orang yang memiliki kapabilitas lebih dari pada yang lain.
4. Sumber
daya biotik ( flora dan fauna yang menunjang siklus produksi pertanian)
Flora dan fauna
menunjang aktivitas lingkungan pertanian dalam pertukaran siklus energi. Namun
banyak flora dan fauna yang punah. Plasma nuthfah yang hilang sehingga
mengurangi bahan keanekaragaman produksi pertanian.
5. Sumber
daya abiotik ( air, tanah, udara, cahaya, matahari ) Merupakan kebutuhan fital
dalam menunjang produksi pertanian. Permasalahannya banyak air, tanah, udara
yang tercemar sehingga menurunkan sterilitas dan berpengaruh pada hasil
produksi pertanian.
6. Modal,
keterbatasan modal petani dalam mengolah lahan pertanian, dikarenakan harga
produksi pertanian tidak sebanding atau lebih kecil dari biaya produksi
pertanian yang dikeluarkan. Produksi pertanian Indonesia bersaing dengan produk
import pertania dari negara lain yang masuk di Indonesia.
7. Manajemen
(pengelolaan) usahatani adalah kemampuan petani dalam merencanakan,
mengorganisir, mengarahkan, mengkoordinasikan dan mengawasi faktor produksi
yang dikuasai/dimiliknya sehingga mampu menghasilkan output
(produksi) seperti yang diharapkan. Karakteristik sosial ekonomi
petani juga mempengaruhi proses produksi pertanian, terutama berkaitan dengan
proses pengambilan keputusan dalam pengelolaan usahatani, diantaranya adalah
Pendidikan petani (formal & non formal), Pengalaman petani, Keanggotaan
dalam organisasi misalnya kelompok tani dll.
C. Permasalahan
Dalam Sumber Daya Ekonomi Pertanian
Permasalahan yang dihadapi dalam
pemanfaatan sumber daya alam untuk mendukung pembangunan ekonomi adalah masih
belum optimalnya pemanfaatan sumber daya alam untuk pembangunan. Hal tersebut
terlihat dari tingginya tingkat eksploitasi sumber daya hutan dan energi untuk
pembangunan, serta kurang optimalnya usaha pertanian, perikanan, dan kehutanan
dalam rangka mendorong ketahanan pangan dan perekonomian nasional. Sementara
itu, permasalahan yang masih sering dihadapi dalam pemanfaatan sumber daya alam
untuk meningkatkan kualitas dan kelestarian lingkungan hidup adalah isu
penurunan kelestarian fungsi lingkungan hidup yang mengakibatkan penurunan daya
dukung lingkungan serta ketersediaan sumber daya alam. Hal tersebut ditunjukkan
dengan meningkatnya eksploitasi hutan oleh pembalakkan liar (illegal logging),
kebakaran hutan, dan praktikpraktik pengelolaan yang belum optimal akibat belum
terbentuknya kelembagaan Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) di tingkat tapak atau
lapangan; serta meluasnya alih fungsi lahan pertanian dan tambak untuk kegiatan
ekonomi lainnya.
Terkait dengan aspek produksi dan
produktivitas, tantangan yang dihadapi dalam beberapa tahun ke depan adalah
memantapkan ketahanan dan kemandirian pangan yang bertumpu pada produksi dalam
negeri. Produksi bahan pangan dalam negeri harus dapat mengimbangi atau bahkan
melebihi kebutuhan pangan dan kebutuhan bahan baku industri. Peningkatan
permintaan akan bahan pangan akan semakin tinggi seiring dengan peningkatan
jumlah penduduk serta daya beli dan selera masyarakat akan bahan pangan. Namun,
di sisi lain, penurunan kualitas dan kuantitas sumber daya lahan, tambak, dan
air akan menjadi kendala dan keterbatasan dalam meningkatkan kemampuan produksi
komoditas pangan. Tingginya konversi lahan pertanian ke sektor lain dan semakin
seringnya bencana alam yang terjadi menyebabkan produksi pangan terganggu.
Jaminan penyediaan dan aksesibilitas masyarakat pertanian, perikanan, dan
kehutanan terhadap masukan produksi (pakan, pupuk, dan benih) juga menjadi
kendala lain yang dihadapi dalam upaya peningkatan produksi dan produktivitas
pertanian. Permasalahan lain yang dihadapi dalam rangka menjaga ketahanan
pangan adalah upaya untuk menjaga stabilitas harga pangan dan aksesibilitas
masyarakat terhadap pangan. Jumlah penduduk miskin yang masih cukup banyak
menyebabkan rendahnya daya beli masyarakat bahkan masih ada masyarakat yang
tidak mempunyai kesanggupan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi pangan. Di sisi
lain, masih terkonsentrasinya waktu dan tempat masa panen padi yang
mengakibatkan pengadaan beras masih terpusat di wilayah panen dan memerlukan
waktu serta ruang penyimpanan yang memadai. Upaya peningkatan pemenuhan
kebutuhan konsumsi pangan bagi masyarakat merupakan permasalahan yang dihadapi
dalam rangka meningkatkan ketahanan pangan. Jumlah penduduk yang banyak tentu
saja membutuhkan pasokan pangan yang mencukupi. Akan tetapi, sampai saat ini
cadangan beras pemerintah (CBP) yang dikelola masih kecil dibandingkan dengan
kebutuhan untuk mencukupi konsumsi masyarakat apabila terjadi situasi krisis
pangan. Selain itu, masih ada penduduk dan wilayah rawan pangan yang
membutuhkan prioritas pemerintah dalam memberikan bantuan bahan pangan.
Peningkatan nilai tambah dan daya saing produk pertanian dalam perdagangan dan
pemasaran juga masih menjadi tantangan dan permasalahan. Kurang memadainya
sarana dan prasarana untuk pemasaran produk pertanian merupakan salah satu
penyebabnya. Hal ini diperparah dengan tidak adanya dukungan institusi
pemasaran gabah-beras di tingkat pedesaan sehingga menyebabkan tidak optimalnya
proses pengadaan yang pada akhirnya merugikan semua pelaku usaha di bidang
pertanian. Walaupun kemampuan produksi beberapa komoditas pertanian telah
meningkat, tetapi daya saing produk pertanian Indonesia di pasar ekspor dan
pasar domestik secara umum masih perlu ditingkatkan. Rendahnya kapasitas atau
kualitas masyarakat pertanian masih menjadi permasalahan yang dihadapi. Petugas
penyuluh yang diterjunkan ke daerah-daerah, kurang mendapatkan perhatian sehingga
petani kurang mendapatkan manfaat dari petugas penyuluh tersebut. Efisiensi
kelembagaan petani atau petani hutan pembudidaya masih perlu terus
ditingkatkan. Dengan jumlah petani atau petani hutan yang relatif banyak,
pengembangan kelembagaan petani atau nelayan akan menjadi potensi yang sangat
besar untuk pembangunan. Untuk itu, perlu dukungan peningkatan efektivitas
sistem kelembagaan penelitian dan inovasi teknologi.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Sumberdaya
ekonomi pertanian meliputi lahan pertanian, rumah tangga pertanian dan
pendapatan petani. Rumah tangga pertanian memiliki arti sangat penting karena
berperan mengubah dan atau meningkatkan nilai tambah lahan pertanian.
Berdasarkan data BPS 2002, rumah tangga petani yang bekerja pada sector
pertanian dibagi menjadi 2 kelompok besar petani yaitu petani pengguna lahan
dan petani bukan lahan. Lahan di Indonesia secara umum dikelompokkan menjadi
lahan pertanian dan lahan bukan pertanian. Lahan pertanian dikelompokkan lagi
menjadi sawah dan bukan sawah.
B.
Saran
Efisiensi
kelembagaan petani atau petani hutan pembudidaya masih perlu terus
ditingkatkan. Dengan jumlah petani atau petani hutan yang relatif banyak,
pengembangan kelembagaan petani atau nelayan akan menjadi potensi yang sangat
besar untuk pembangunan. Untuk itu, perlu dukungan peningkatan efektivitas
sistem kelembagaan penelitian dan inovasi teknologi.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.slideshare.net/aualaul/sumberdaya-dalam-pertanian-dan-karakteristik-ekonomi-pertanian-di-indonesia-pep-kel2
(di akses pada tanggal 15 Oktober 2014)
http://pepuussevimaullilik.blogspot.com/2011/06/sumber-daya-dalam-pertanian.htm
(di akses pada tanggal 15 Oktober 2014)
http://www.bakosurtanal.go.id/atlas-sumberdaya-ekonomi-pertanian/
(di akses pada tanggal 15 Oktober 2014)