Jumat, 30 Desember 2016

Sumber Daya Ekonomi Dalam Pertanian

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang

            Sampai saat ini Indonesia merupakan negara yang bercorak agraris. Pada tahun 1999 sektor pertanian menjadi sumber penghidupan 44% rakyat Indonesia (Paleztine, 2010). Jumlah ini belum menghitung sektor-sektor lain yang sangat berkaitan erat dengan pertanian. Pertanian dan perkebunan adalah sektor yang sangat vital bagi sebuah bangsa. Hal ini terjadi karena pertanian merupakan sumber bahan pangan, sandang, bahkan papan, dan saat ini juga energi. Keempat tadi boleh dikatakan telah menjadi kebutuhan pokok manusia modern saat ini di luar telekomunikasi dan pendidikan (Paleztine, 2010).
Ekonomi pertanian adalah bagian ilmu ekonomi umum yang mempelajari fenomena-fenomena serta persoalan-persoalan yang berhubungan dengan pertanian baik mikro maupun makro.[1] Sumberdaya ekonomi pertanian meliputi lahan pertanian, rumah tangga pertanian, dan pendapatan petani.[2]. Ekonomi pertanian merupakan satu-satunya cabang ilmu ekonomi yang terkait dengan pemanfaatan lahan. Makalah ini mencoba sedikit menjelaskan mengenai sumber daya ekonomi dalam pertanian.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa jenis-jenis sumber daya ekonomi dalam pertanian?
2.      Apa permasalahan dan kendala dari masing-masing sumber daya ekonomi?
3.      Apa permasalahan yang dihadapi dalam sumber daya ekonomi pertanian?

C.     Tujuan
1.      Mengetahui jenis-jenis sumber daya ekonomi dalam pertanian.
2.      Mengetahui peran dan kendala dari masing-masing sumber daya.
3.      Memahami permasalahan yang dihadapi dalam sumber daya.




BAB II
PEMBAHASAN

A.    Jenis-jenis Sumber Daya Ekonomi dalam Pertanian
Sumberdaya ekonomi pertanian meliputi lahan pertanian, rumah tangga pertanian dan pendapatan petani. Rumah tangga pertanian memiliki arti sangat penting karena berperan mengubah dan atau meningkatkan nilai tambah lahan pertanian. Berdasarkan data BPS 2002, rumah tangga petani yang bekerja pada sector pertanian dibagi menjadi 2 kelompok besar petani yaitu petani pengguna lahan dan petani bukan lahan. Lahan di Indonesia secara umum dikelompokkan menjadi lahan pertanian dan lahan bukan pertanian. Lahan pertanian dikelompokkan lagi menjadi sawah dan bukan sawah.

1.      Lahan pertanian (sawah, tegal, ladang)
a.       Sawah
Sawah merupakan bentuk pertanian pada lahan basah.  Hasil utama pertanian pada lahan basah adalah padi.
b.      Tegal
Tegal merupakan bentuk pertanian pada lahan kering. Tegal tidak terlalu membutuhkan air. Biasanya hanya mengandalkan air hujan. Hasil  pertanian tegal antara lain tebu, nanas, jagung, ubi dan singkong. Tebu merupakan bahan baku pembuatan gula. Sedangkan singkong merupakan bahan baku pembuatan tepung tapioka.
c.       Ladang
Ladang merupakan bentuk pertanian yang dibuat dengan membuka hutan. Hutan ditebang dan dibakar, kemudian ditanami. Ladang ada yang dibuat berpindah-pindah. Ladang seperti ini jika dibuat dalam area yang luas dapat menyebabkan kerusakan hutan. Hasil ladang antara lain singkong, gandum dan sayuran.
2.      Rumah tangga pertanian
a.       Perkebunan
Perkebunan dapat dibedakan menjadi dua yakni perkebunan di dataran rendah dan perkebunan di dataran tinggi. Di atas sudah disebutkan contoh hasil perke-bunan. Indonesia merupakan negara penghasil kelapa sawit terbesar kedua di dunia. Selain itu dalam hal rempah-rempah, sejak dahulu Indonesia terkenal sebagai penghasil rempah-rempah. Contoh rempah-rempah adalah lada dan pala.
b.      Perikanan
Bentuk usaha perikanan dibedakan menjadi dua, yakni perikanan laut dan perikanan darat. Perikanan laut merupakan bentuk usaha menangkap ikan di laut. Hasil perikanan laut antara lain bandeng, tongkol, cumi-cumi, bawal dan udang. Wilayah negara kita dua pertiganya adalah laut. Laut di negara kita kaya akan ikan. Namun banyak diantaranya ditangkap oleh nelayan ilegal dari luar negeri. Hal ini disebabkan kurangnya sistem pengamanan yang kesulitan menangani luasnya wilayah laut di negara kita.
Perikanan darat merupakan bentuk perikanan dengan menangkap atau memelihara ikan selain di laut. Misalnya di sungai, empang atau kolam dan di aquarium. Hasil perikanan darat antara lain mujaer, mas, koi dan 
lele. Hasil perikanan darat selain untuk kebutuhan pangan juga digunakan untuk hiasan. Banyak ikan yang karena bentuknya yang indah dipelihara orang sebagai ikan hias. Contohnya adalah louhan, arwana dan mas koi. Harga ikan-ikan hias ini bisa mencapai jutaan rupiah.
c.       Peternakan
Usaha peternakan merupakan usaha memelihara hewan untuk dikonsumsi sendiri ataupun dijual. Usaha peternakan di Indonesia masih banyak yang menggunakan cara-cara tradisional. Berdasarkan hewan yang diternakkan, usaha peternakan dibedakan menjadi tiga, yaitu:
·         Ternak hewan besar (sapi, kuda, kerbau, dll)
·         Ternak hewan kecil (kambing, babi, kelinci, dll)
·         Ternak hewan unggas (ayam, itik, angsa, dll)
Hasil dari usaha peternakan antara lain daging, telur dan susu.

B.     Peran dan Kendala Sumber Daya Ekonomi Pertanian.

1.      Lahan sebagai penyedia untuk mengolah tanaman pertanian. Namun permasalahnya banyaknya konversi lahan, kepemilikan lahan yang kurang luas atau terdapat di beberapa daerah dalam satu orang kepemilikan sehingga mengurangi efesiensi dalam penggarapan lahan pertanian, dan degradasi lahan banyak lahan yang sudah menurun unsur hara dan bahan organiknya sehingga akan menurunkan produksi pertanian.

2.      Teknologi dan alat produksi ( alat-alat produksi, sistem budidaya, dan pengelolaan hasil pertanian). Berfungsi sebagai alat untuk memudahkan pekerjaan dalam mengolah dan budidaya pertanian, menghemat waktu dan menghasilkan produksi pertanian yang melimpah daripada menggunakan tenaga kerja manusia. Kendalanya alat produksi yang relatif mahal, dan tidak semua petani dapat membeli alat tersebut. Selain itu faktor budaya dimana banyak petani yang lebih  memilih tetap menggunakan buruh tani karena sudah membudaya dan kekeluargaan dengan buruh tani tersebut.

3.      Sumber daya manusia (pelaku produksi pertanian)
dalam berbagai bidang, sumber daya manusia menjadi pelaku utama yang menggerakkan tata laksana sebuah institusi, maupun negara. Pemerintahan yang berjalan saat ini juga diisi oleh sumber daya manusia yang tentunya adalah orang-orang yang terpilih. Dalam kata lain, mereka yang dapat duduk menjalankan tugas negara itu adalah orang yang memiliki kapabilitas lebih dari pada yang lain.

4.      Sumber daya biotik ( flora dan fauna yang menunjang siklus produksi pertanian)
Flora dan fauna menunjang aktivitas lingkungan pertanian dalam pertukaran siklus energi. Namun banyak flora dan fauna yang punah. Plasma nuthfah yang hilang sehingga mengurangi bahan keanekaragaman produksi pertanian.

5.      Sumber daya abiotik ( air, tanah, udara, cahaya, matahari ) Merupakan kebutuhan fital dalam menunjang produksi pertanian. Permasalahannya banyak air, tanah, udara yang tercemar sehingga menurunkan sterilitas dan berpengaruh pada hasil produksi pertanian.

6.      Modal, keterbatasan modal petani dalam mengolah lahan pertanian, dikarenakan harga produksi pertanian tidak sebanding atau lebih kecil dari biaya produksi pertanian yang dikeluarkan. Produksi pertanian Indonesia bersaing dengan produk import pertania dari negara lain yang masuk di Indonesia.

7.      Manajemen (pengelolaan) usahatani adalah kemampuan petani dalam merencanakan, mengorganisir, mengarahkan, mengkoordinasikan dan mengawasi faktor produksi yang dikuasai/dimiliknya sehingga mampu menghasilkan output (produksi) seperti yang diharapkan. Karakteristik sosial ekonomi petani juga mempengaruhi proses produksi pertanian, terutama berkaitan dengan proses pengambilan keputusan dalam pengelolaan usahatani, diantaranya adalah Pendidikan petani (formal & non formal), Pengalaman petani, Keanggotaan dalam organisasi misalnya kelompok tani dll.


C.     Permasalahan Dalam Sumber Daya Ekonomi Pertanian
Permasalahan yang dihadapi dalam pemanfaatan sumber daya alam untuk mendukung pembangunan ekonomi adalah masih belum optimalnya pemanfaatan sumber daya alam untuk pembangunan. Hal tersebut terlihat dari tingginya tingkat eksploitasi sumber daya hutan dan energi untuk pembangunan, serta kurang optimalnya usaha pertanian, perikanan, dan kehutanan dalam rangka mendorong ketahanan pangan dan perekonomian nasional. Sementara itu, permasalahan yang masih sering dihadapi dalam pemanfaatan sumber daya alam untuk meningkatkan kualitas dan kelestarian lingkungan hidup adalah isu penurunan kelestarian fungsi lingkungan hidup yang mengakibatkan penurunan daya dukung lingkungan serta ketersediaan sumber daya alam. Hal tersebut ditunjukkan dengan meningkatnya eksploitasi hutan oleh pembalakkan liar (illegal logging), kebakaran hutan, dan praktikpraktik pengelolaan yang belum optimal akibat belum terbentuknya kelembagaan Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) di tingkat tapak atau lapangan; serta meluasnya alih fungsi lahan pertanian dan tambak untuk kegiatan ekonomi lainnya.
Terkait dengan aspek produksi dan produktivitas, tantangan yang dihadapi dalam beberapa tahun ke depan adalah memantapkan ketahanan dan kemandirian pangan yang bertumpu pada produksi dalam negeri. Produksi bahan pangan dalam negeri harus dapat mengimbangi atau bahkan melebihi kebutuhan pangan dan kebutuhan bahan baku industri. Peningkatan permintaan akan bahan pangan akan semakin tinggi seiring dengan peningkatan jumlah penduduk serta daya beli dan selera masyarakat akan bahan pangan. Namun, di sisi lain, penurunan kualitas dan kuantitas sumber daya lahan, tambak, dan air akan menjadi kendala dan keterbatasan dalam meningkatkan kemampuan produksi komoditas pangan. Tingginya konversi lahan pertanian ke sektor lain dan semakin seringnya bencana alam yang terjadi menyebabkan produksi pangan terganggu. Jaminan penyediaan dan aksesibilitas masyarakat pertanian, perikanan, dan kehutanan terhadap masukan produksi (pakan, pupuk, dan benih) juga menjadi kendala lain yang dihadapi dalam upaya peningkatan produksi dan produktivitas pertanian. Permasalahan lain yang dihadapi dalam rangka menjaga ketahanan pangan adalah upaya untuk menjaga stabilitas harga pangan dan aksesibilitas masyarakat terhadap pangan. Jumlah penduduk miskin yang masih cukup banyak menyebabkan rendahnya daya beli masyarakat bahkan masih ada masyarakat yang tidak mempunyai kesanggupan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi pangan. Di sisi lain, masih terkonsentrasinya waktu dan tempat masa panen padi yang mengakibatkan pengadaan beras masih terpusat di wilayah panen dan memerlukan waktu serta ruang penyimpanan yang memadai. Upaya peningkatan pemenuhan kebutuhan konsumsi pangan bagi masyarakat merupakan permasalahan yang dihadapi dalam rangka meningkatkan ketahanan pangan. Jumlah penduduk yang banyak tentu saja membutuhkan pasokan pangan yang mencukupi. Akan tetapi, sampai saat ini cadangan beras pemerintah (CBP) yang dikelola masih kecil dibandingkan dengan kebutuhan untuk mencukupi konsumsi masyarakat apabila terjadi situasi krisis pangan. Selain itu, masih ada penduduk dan wilayah rawan pangan yang membutuhkan prioritas pemerintah dalam memberikan bantuan bahan pangan. Peningkatan nilai tambah dan daya saing produk pertanian dalam perdagangan dan pemasaran juga masih menjadi tantangan dan permasalahan. Kurang memadainya sarana dan prasarana untuk pemasaran produk pertanian merupakan salah satu penyebabnya. Hal ini diperparah dengan tidak adanya dukungan institusi pemasaran gabah-beras di tingkat pedesaan sehingga menyebabkan tidak optimalnya proses pengadaan yang pada akhirnya merugikan semua pelaku usaha di bidang pertanian. Walaupun kemampuan produksi beberapa komoditas pertanian telah meningkat, tetapi daya saing produk pertanian Indonesia di pasar ekspor dan pasar domestik secara umum masih perlu ditingkatkan. Rendahnya kapasitas atau kualitas masyarakat pertanian masih menjadi permasalahan yang dihadapi. Petugas penyuluh yang diterjunkan ke daerah-daerah, kurang mendapatkan perhatian sehingga petani kurang mendapatkan manfaat dari petugas penyuluh tersebut. Efisiensi kelembagaan petani atau petani hutan pembudidaya masih perlu terus ditingkatkan. Dengan jumlah petani atau petani hutan yang relatif banyak, pengembangan kelembagaan petani atau nelayan akan menjadi potensi yang sangat besar untuk pembangunan. Untuk itu, perlu dukungan peningkatan efektivitas sistem kelembagaan penelitian dan inovasi teknologi.





BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Sumberdaya ekonomi pertanian meliputi lahan pertanian, rumah tangga pertanian dan pendapatan petani. Rumah tangga pertanian memiliki arti sangat penting karena berperan mengubah dan atau meningkatkan nilai tambah lahan pertanian. Berdasarkan data BPS 2002, rumah tangga petani yang bekerja pada sector pertanian dibagi menjadi 2 kelompok besar petani yaitu petani pengguna lahan dan petani bukan lahan. Lahan di Indonesia secara umum dikelompokkan menjadi lahan pertanian dan lahan bukan pertanian. Lahan pertanian dikelompokkan lagi menjadi sawah dan bukan sawah.

B.     Saran
Efisiensi kelembagaan petani atau petani hutan pembudidaya masih perlu terus ditingkatkan. Dengan jumlah petani atau petani hutan yang relatif banyak, pengembangan kelembagaan petani atau nelayan akan menjadi potensi yang sangat besar untuk pembangunan. Untuk itu, perlu dukungan peningkatan efektivitas sistem kelembagaan penelitian dan inovasi teknologi.



DAFTAR PUSTAKA
http://www.slideshare.net/aualaul/sumberdaya-dalam-pertanian-dan-karakteristik-ekonomi-pertanian-di-indonesia-pep-kel2 (di akses pada tanggal 15 Oktober 2014)
http://pepuussevimaullilik.blogspot.com/2011/06/sumber-daya-dalam-pertanian.htm (di akses pada tanggal 15 Oktober 2014)

http://www.bakosurtanal.go.id/atlas-sumberdaya-ekonomi-pertanian/ (di akses pada tanggal 15 Oktober 2014)

Resume Pertanian dan Kehidupan Manusia

RESUME
PERTANIAN DAN KEHIDUPAN MANUSIA

            Negara Kesatuan Republik Indonesia memiliki luasan daratan 190,923 juta hektar. Strategi Induk Pengembangan Pertanian (SIPP), 2013-2045 yang akan dilakukan sebagai arah pembangunan pertanian yang bermartabat, mandiri, maju, adil, dan makmur juga sebagai landasan konseptual yang paradigma pertanian untuk pembangunan. Adapun fungsi strategis sektor pertanian dalam pembangunan nasional (landasan konseptual paradigm pertanian untuk pembangunan) antara lain:
1.      Pengembangan sumberdaya insani
2.      Ketahanan pangan
3.      Penguatan ketahanan penghidupan keluarga
4.      Basis ketahanan energi (pengembangan bio-energi)
5.      Pengentasan kemiskinan dan pemerataan pembangunan
6.      Jasa lingkungan alam (ekosistem)
7.      Basis (potensial) untuk pengembangan Bioindustri
8.      Penciptaan iklim kondusif bagi pembangunan
9.      Penguatan daya tahan perekonomian
10.  Sumber pertumbuhan berkualitas

Peranan penting sektor pertanian adalah sebagai berikut:
1.      Penyedia pangan dan pakan
2.      Penyedia lapangan kerja
3.      Penyedia bahan baku dan faktor industri
4.      Kontribusi terhadap PDB
5.      Penyumbag devisa
6.      Konservasi lahan dan keanekaragaman hayati
7.      Stabilitas polotik
Prospek kedepan sector pertanian antara lain : sebagai penyedia pangan dan energy bagipenduduk dunia yang makin meningkat dan juga pengembangan Agro-Industri. Adapun tantangan di bidang pertanian :
1.      Peningkatan produksi
2.      Peningkatan kualitas produk
3.      Penganekaragaman atau diversifikasi produk
4.      Peningkatan daya saing
5.      Peruasan pasar

Adapun beberapa pengertian pertanian adalah sebagai berikut :
1.      Pertanian adalah kegiatan pengambilan hasil hutan (tanaman) atau perburuan menangkap binatang liar di sungai atau di hutan.
2.      Pertanian adalah kegiatan penanaman tanaman denganatau tanpa usaha pemeliharaan (pertanian nomaden).
3.      Pertanian adalah ikut campur tangan manusia dalam pengelolaan tanaman dan lingkungan tempat tumbuhnya agar diperoleh hasil yang maksimal.
4.      Pertanian adalah kegiatan ekploitasi energy cahaya matahari.
5.      Pertanian adalah kegiatan manusia dalam pengelolaan “biofisik” dimulai dari penyediaan saprodi sampai pengolahan hasil dengan tujuan diperoleh kualitas dan mutu hasil yang baik dan menguntungkan.

Sejarah pertanian di Indonesia dapat dibagi menjadi tiga , yaitu :
1.      Pertanian primitife
2.      Pertanian tradisional
3.      Modernisasi pertanian
Pertanian primitif adalah masa perburuan binatang liar, pengambilan hasil hutan dan nomaden. Dengan ciri-ciri :
1.      Daya dukung alam masih tinggi, artinya pemulihan kembali akibat kerusakan terjadi dengan cepat
2.      Keluarga kecil
3.      Adanya pengendalian populasi manusia, , melalui : membunuh bayi, aborsi, kontrasepsi primitif

Pertanian tradisional terlihat dari masa penjajahan dengan adanya “tanam paksa” pertanian diperioritaskan memproduksi tanaman sesuai kebutuhan penjajah (rempah, tembakau, kopi, karet, dll). Produksi pangan juga hanya untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
Modernisasi pertanian (revolusi pertanian) dimulai dari adanya aspek-aspek seperti aspek social, pertanian, bahasa (komunikasi), adat atau budaya, dan hokum. Perkembangan modernisasi pertanian terlihat pada :
1.      Pada tahun 1967 dimulainya “Revolusi Hijau”
2.      Dihasilkannya tanaman unggul
3.      Pemupukan, penggunaan pestisida, dan fungisida
4.      Pembukaan lahan-lahan pertanian yang baru
5.      Sistem pertanian berkelanjutan (pemakaian input produksi yang berimbang) dan tanaman hasil dari rekayasa genetika

Ciri-ciri dari modernisasi pertanian antara lain:
1.      Penerapan paket teknologi modern yang spesifik lokal
2.      Pemakaian input (sarana produksi) tinggi namun berimbang
3.      Penggunaan varietas unggul yang berpotensi hasil tinggi
4.      Penggunaan tenaga mesin

Pembagian bidang-bidang pertanian adalah sebagai berikut :
1.      Secara umum dapat dibedakan menjadi dua, yaitu :
a.       Pertanian dalam arti sempit (pertanian rakyat) merupakan usaha pertanian keluarga yang mengusahakan komuditi untuk kebutuhan bahan makanan utama.
b.      Pertanian dalam arti luas mencangkup pertanian rakyat, perkebunan, kehutanan, peternakan, dan perikanan.
2.      Dari tingkat penerapan teknologi :
a.       Pertanian primitive (shifting cultivation), tradisional merupakan ikut campur tangan, pemakaian input, dan penerapan teknologi sedikit.
b.      Pertanian modern merupakan pemberian input produksi dan teknologi berimbang sesuai dengan tujuan dan hasil yang diharapkan.
3.      Dari penggunaan hasil kegiatan dan tujuan :
a.       Pertanian subsisten bertujuan untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
b.      Pertanian komersial  bertujuan untuk orientasi pasar, bermutu, dan menguntungkan.
4.      Dari luasan lahan garapan :
a.       Pertanian gurem adalah pertanian yang luas garapannya kurang dari 0,3 hektar.
b.      Perusahaan pertanian adalah pertanian yang luasannya sangat luas.

Karakteristik pertanian Indonesia secara umum sebagai berikut :
1.      Pertanian tropic yang langsung dipengaruhi oleh garis katulistiwa. Dimana bentuk Negara adalah kepulauan tofografi yang bergunung-gunung, dan berada diantara dua lautan besar (lautan Indonesia dan lautan Pasifik) serta dua benua (Australia dan Asia). Dalam hal ini berkaitan dengan iklim (suhu, hujan, angina dan cahaya matahari).
2.      Skala usaha atau lahan garapan sempit.

3.      SDM yang terlibat sebagai besar pendidikan rendah, generasi tua, umur tidak produktif, sulit menerima inovasi baru.