Rabu, 18 Januari 2017

Pengendalian Hama Secara Kultur Teknis

BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Pada dasarnya pengendalian hama merupakan setiap usaha atau tindakan manusia baik secara langsung maupun tidak langsung untuk mengusir, menghindari dan membunuh spesies hama agar populasinya tidak mencapai aras yang secara ekonomi merugikan. Pengendalian hama tidak dimaksudkan untuk meenghilangkan spesies hama sampai tuntas, melainkan hanya menekan populasinya sampai pada aras tertentu ynag secara ekonomi tidak merugikan. Oleh karena itu, taktik pengendalian apapun yang diterapkan dalam pengendalian hama haruslah tetap dapat dipertanggungjawabkan secara ekonomi dan secara ekologi.
Dalam usaha meningkatkan produksi pangan, perlindungan tanaman mempunyai peranan penting dan menjadi bagian yang tidak dapat dipisahkan dari usaha tersebut. Perlindungan tanaman dapat membatasi kehilangan hasil oleh organisme pengganggu dan menjamin kepastian serta memperkecil resiko berproduksi.
Dalam melaksanakan pengendalian organisme pengganggu, pemerintah telah mengaturnya dalam UU No. 12 tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman. Dalam UU No. 12 tahun 1992 pada Pasal 20 ditetapkan bahwa perlindungan tanaman ditetapkan dengan sistem Pengendalian Hama Terpadu (PHT). Undang-undang tersebut memberikan landasan dan dukungan hukum yang kuat bagi pelaksanaan dan penerapan konsep PHT pada umumnya dan pengurangan penggunaan pestisida pada khususnya.


1.2  Rumusan Masalah
1.      Apakah yang dimaksud dengan pengendalian secara kultur teknis?
2.      Bagaimanakah cara pengendalian dengan kultur teknis?

1.3  Tujuan
1.      Mengetahui pengertian pengendalian hama cecara kultur teknis.
2.      Memahami dan mengetahui cara-cara pengendalian secara kultur teknis.



BAB II
PEMBAHASAN
2.1    Pengendalian Kultur Teknis
Perlindungan tanaman adalah upaya menghindari dan atau menekan perkembangan hama agar populasinya tetap di bawah ambang ekonomi dengan metode pengendalian yang sesuai.  Mengupayakan agar populasi hama tidak menimbulkan kerugian, melalui cara-cara pengendalian yang efektif, menguntungkan, dan aman terhadap lingkungan.Serta bertujuan untuk mendapatkan rendemen ekonomi yang optimal dengan kerusakan lingkungan yang minimal.
Sebagian besar teknik pengendalian secara budidaya dapat dikelompokan menjadi empat dengan sasaran yang akan dicapai, yaitu 1) mengurangi kesesuaian ekosistem, 2) Mengganggu kontinuitas penyediaan keperluan hidup OPT, 3) Mengalihkan populasi OPT menjauhi tanaman, dan 4) Mengurangi dampak kerusakan tanaman.
Pengendalian secara kultur teknis (Cultural control), Yaitu pengendalian OPT dengan cara mengelola lingkungan/ ekossistem sedemikian rupa sehingga ekosistem tersebut  menjadi  kurang  cocok bagi kehidupan dan perkembangbiakan hama, hal ini dapat mengurangi laju peningkatan populasi & kerusakan tanaman, pada prinsipnya merupakan cara pengendalian dengan memanfaatkan lingkungan untuk menekan perkembangan populasi hama.
Pengendalian ini merupakan pengendalian yang bersifat preventif, dilakukan sebelum serangan hama terjadi dengan tujuan agar populasi OPT (Organisme Pengganggu Tanaman) tidak meningkat sampai melebihi ambang kendalinya.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pengendalian kultur teknis yaitu : pengurangan kesesuaian ekosistem sanitasi, penghancuran atau modofikasi inang dan habitat pengganti, pengerjaan tanah, pengolahan air, ganguan komunitas penyedian berkembangnya penyakit, pergiliran tanaman, perkiraan lahan, penanaman serempak, penetapan jarak tanam, lokasi tanaman, dan memutuskan sinkronisasi antar tanaman dan penyakit.

2.2    Cara Pengendalian Kultur Teknis
Pemeliharaan tanaman atau kontrol hama yang baik dapat meningkatkan kesehatan tanaman. Penyiraman, pemupukan, pengendalian hama dan penyakit, serta penggantian media tumbuh dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman. Secara tidak langsung, kultur teknis yang baik dapat memantau keberadaan hama dan penyakit secara dini.
Macam-macam pengendalian secara kultur teknis:

2.2.1   Pola tanam
a.       Tanam serempak
Harus dilaksanakan di areal yang cukup luas, minimal satu hamparan dengan golongan air yang sama. Tujuannya untuk membatasi perkembangbiakan serangga hama.
 Contoh : Pengendalian walang sangit pada padi → Pengendalian lalat kacang pada kedelai (menyerang kotiledon kedelai) → Pengendalian ini secara tidak langsung mengurangi populasi, yaitu memeratakan serangan per petak (dikonsentrasikan pada petak yang banyak makanannya). Penananam serempak dalam satu hamparan yang luas akan memperpendek masa ketersediaan makanan hama karena panen dapat dilakukan bersamaan. Penanaman serempak akan memperkecil risiko serangan karena hama bisa terbagi-bagi.
b.      Panen serempak
c.       Panen berjalur (Strip farming)
d.      Pergiliran tanaman/Rotasi tan.
Tujuannya untuk mematikan kehidupan hama dengan menghilangkan tanaman inang. Sangat efektif pada serangga-serangga monofag.
e.       Tumpangsari/Intercropping
Menanam minimal dua jenis tanaman di lahan yang sama dalam barisan-barisan (tumpang sari). Sistem tumpangsari sering menyebabkan penurunan kepadatan populasi hama dibanding system monokultur, hal ini disebabkan karena peran senyawa kimia mudah menguap (atsiri) yang dilepas dan gangguan visual oleh tanaman bukan inang akan mempengaruhi tingkah laku dan kecepatan kolonisasi serangga pada tanaman inang.
Contoh : tanaman bawang putih yang ditanam diantara tanaman kubis dapat menurunkan populasi Plutella xylostella yang menyerang tanaman kubis tersebut. Hal ini karena senyawa yang dilepas oleh bawang putih tidak sama dengan senyawa yang dilepas tanaman kubis sehingga P. xylostella kurang menyukai habitat tanaman tumpangsari tersebut. Tanaman bawang putih melepas senyawa alil sulfida yang diduga dapat mengurangi daya rangsang senyawa atsiri yang dilepas kubis atau bahkan dapat mengusir hama tersebut.

f.       Tanaman perangkap
Tanaman perangkap yang digunakan adalah varietas/tanaman yang paling rentan dan ditanam lebih dahulu. Penanaman tanaman perangkap di antara tanaman utama juga mulai diterapkan untuk mengendalikan populasi hama. Mekanisme yang terjadi adalah adanya daya tarik yang lebih kuat dari tanaman perangkap dibanding tanaman utama sehingga hama lebih menyukai berada pada tanaman perangkap tersebut. Salah satu tanaman yang mampu menarik serangga hama dan musuh alaminya adalah jagung. Tanaman jagung sebagai perangkap telah berhasil diterapkan untuk mengendalikan Helicoverpa armigera pada kapas.

2.2.2        Pengolahan tanah sehat
Ditujukan terhadap hama yang dalam siklus hidup mempunyai fase di dalam tanah.
Contoh : Larva famili Scarabaeidae (lundi), larva penggerek batang padi putih (pada pangkal padi). Perlunya pengolahan tanah. Sebab ada serangga yang sebagian atau seluruh hidupnya berada di dalam tanah, yang amat dipengaruhi oleh tekstur dan struktur tanah, komposisi kimiawi tanah, kelembaban dan suhu tanah, serta adanya organisme tanah lainnya. Dengan pengolahan tanah yang baik, hama-hama tersebut bisa terbunuh atau terhambat perkembangannya karena terkena sengatan matahari, dimakan predator di permukaan tanah, atau terbenam jauh ke dalam tanah.

2.2.3        Benih sehat
Cara-cara pengendaliannya sebagai berikut:
1. Bibit atau biji serta benih yang sehat atau bebas sejak semula
2. Melakukan disinfested dari bibit (biji)
3. Pembersihan benih
4. Pengaturan waktu tanam bagi tanaman untuk menghasilkan benih
5. Kultutr jaringan


2.2.4        Pemangkasan
Pemangkasan/pemetikan dapat dilakukan dalam upaya mencegah meluasnya serangan. Pemangkasan/ pemetikan dilakukan saat populasi hama tinggi.  Contoh : Tungau. Pemangkasan dapat menyebabkan terbuangnya sebanyak mungkin telur-telur dan tungaunya. Hasil pemangkasan ini kemudian dibakar. Apabila air tersedia dalam jumlah cukup drainasenya baik pemangkasan dapat dilakukan pada musim kemarau, sehingga pada musim hujan tanaman dapat tumbuh kembali. Pemetikan jangka pendek lebih baik dari pada pemetikan jangka panjang, karena pada pemetikan jangka pendek tungau merah belum sempat meningkatkan populasinya.

2.2.5        Pengelolaan air
Pengairan Irigasi :
- Secara langsung : Scirpophaga innotata, Nymphula depunctalis
- Secara tidak langsung : perubahan iklim mikro terutama RH) 
Contoh : Air merupakan kebutuhan utama pada tanaman padi pada fase pertumbuhan (Vegetatif), tetapi kebutuhan air ini perlu pengaturan supaya tanaman terhindar dari kerusakan oleh jasad pengganggu. Serangan keong mas akan meningkat pada tanaman padi yang berumur kurang dari satu bulan di lapangan, jika digenangi dengan air. Untuk mencegah kerusakan oleh keong mas, maka tanaman padi yang baru dipindahkan dari persemaian sampai bunting diairi secukupnya. Sedangkan untuk menghindari serangan penggerek batang, kepinding tanah, wereng coklat dan tikus perlu menggenangi lahan.

2.2.6        Pemupukan berimbang
Pemupukan yang berimbang dengan kebutuhan tanaman antara N, P, K dan unsur- unsur mikro tanaman sehat tahan serangan hama.
Contoh : Untuk meningkatkan hasil, petani cenderung melakukan pemupukan yang berlebihan, tindakan ini tidak saja merupakan pemborosan, tetapi juga memberi peluang tanaman padi terinfeksi patogen atau dirusak hama. Meningkatnya populasi hama penggerek batang dan wereng coklat dilaporkan ada hubungannya dengan tingginya dosis pupuk nitrogen yang diberikan.


2.2.7        Sanitasi
- Pembersihan lahan dari sisa-sisa tanaman terdahulu atau gulmanya.
- Pencabutan tanaman terserang.
Pengendalian lainnya adalah dengan pengaturan sanitasi lingkungan. Sanitasi yang baik dan terjaga mengurangi kemungkinan hama menyerang tanaman. Sebagai contoh, siput kecil biasanya berdiam di sampah atau rumput-rumput yang lembap. Bila lingkungan tanaman terhindari dari adanya sampah atau kotoran lainnya maka kesempatan siput untuk tinggal di lingkungan tersebut menjadi berkurang. Dengan demikian, tanaman akan aman dari serangan hama.



BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan
Pengendalian secara kultur teknis (Cultural control), Yaitu pengendalian OPT dengan cara mengelola lingkungan/ ekossistem sedemikian rupa sehingga ekosistem tersebut  menjadi  kurang  cocok bagi kehidupan dan perkembangbiakan hama.
Macam-macam pengendalian hama secara kultur dapat dilakukan dengan cara pengaturan pola tanam, pengolahan tanah sehat, penggunaan benih sehat, pemangkasan, pengelolaan air, pemupukan berimbang, dan sanitasi.

3.2 Saran



DAFTAR PUSTAKA

Aryani Rika. 2011. Pengendalian Dengan Cara Kultur Teknis. Terdapat pada: http://rika-aryani.blogspot.co.id/2011/03/pengendalian-dengan-cara-kultur-teknis.html. Diakses 14 Mei 2016.
Fawzul Muhammad. 2015. Pengendalian Secara Kultur Teknis. Terdapat pada: http://zero-zeos.blogspot.co.id/2015/01/dasar-dasar-perlindungan-tanaman.html. Diakses 14 Mei 2016.
Nurhasan Aisyah. 2015. Pengendalian Hama Menggunakan Kultur Teknis. Terdapat pada: http://dokumen.tips/documents/pengendalian-hama-menggunakan-kultur-teknis.html. Diakses 14 Mei 2016.
Yuniasari Novita. 2015. Pengendalian OPT Secara Kultur Teknis, Mekanik, Fisik, dan Peraturan. Terdapat pada: http://lovelyblognovita.blogspot.co.id/2015/02/pengendalian-opt-secarakultur.html. Diakses 14 Mei 2016.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar