Rabu, 18 Januari 2017

Ilmu Hama Tanaman

RESUME
ILMU HAMA TANAMAN

Hama adalah istilah umum yang digunakan untuk menjelaskan berbagai organisme (serangga dan binatang) yang membahayakan keadaan dan kesehatan manusia termasuk tanaman dan hewan peliharaannya. Istilah itu dapat mencakup mikro-organisme, tanaman parasit dan gulma. Secara luas hama merupakan semua organisme yang mengganggu manusia, temak dan tanaman. Pengertian hama secara sempit berkaitan dengan kegiatan budidaya tanaman yaitu semua binatang yang merusak bagian tanaman atau hasilnya yang dapat menimbulkan kerugian secara ekonomis. Menurut pengertian itu maka binatang yang hidup pada tanaman namun belum menimbulkan kerugian secara ekonomis belum dapat disebut hama. Serangga disebut hama apabila serangga merusak atau memakan bagian tanaman budidaya dan akibat perilaku itu tanaman mengalami penurunan potensi hasilnya yang berakibat pada kerugian secara ekonomi terhadap manusia yang membudidayakan.
Klasifikasi binatang hama menurut perbedaan morfologi dapat dibagi menjadi tujuh yaitu Insect pests (Hama dari golongan Serangga), Mite pests (Hama dari golongan Tungau), Micro-organisms (pathoge), Nematodes (Nematoda), Vertebrate pests (Hama Vertebrata), Molluscs (Moluska=bangsa keong), Weeds & parasitic plants (Tanaman Parasit dan gulma). Adapun klasifikasi hama berdasarkan perbedaan sifat hama, intensitas dan frekuensi kejadian dapat dibedakan menjadi lima antara lain:
1.    Hama Endemis (Regular pest)  merupakan hama yang selalu muncul setiap musim tanaman dan menyyebabkan kehilangan hasil.
2.    Hama Kadang-kadang (Occasional pest) merupakan hama yang keberadaannya kadang disini atau disana yang kadang-kadang saja menimbulkan masalah.
3.    Hama Potensial (Potensial pest)  merupakan hama yang dapat menimbulkan kerugian nyata bila diberikan kesempatan berkembang.
4.    Hama Utama (Major pest) merupakan hama yang umum dan merupakan hama penting.
5.    Hama Minor (Minor pest) merupakan hama yang tidak menimbulkan kerusakan berat.

Contoh beberapa hama utama yang menyerang beberapa tanaman. Beberapa hama yang menyerang tanaman kubis antara lain: Plutella xylostella L. (Lepidoptera: Plutellidae), Crocidolomia pavonana Fab. (Lepidoptera: Pyralidae), Spodoptera litura Fab. (Lepidoptera: Noctuidae), Helicoverpa armigera Hubner (Lepidoptera: Noctuidae), Chrysodeixis orichalcea L. (Lepidoptera: Noctuidae), Liriomyza sp. (Diptera: Agromyzidae) dan Myzus persicae Sulz. (Homoptera: Aphidoidae) (Sembel, 2010). Hama ulat daun kubis (Plutella xylostella L.) merupakan salah satu hama utama yang menyerang tanaman kubis (Herminanto, 2010). Serangan yang timbul kadang-kadang sangat parah sehingga tanaman kubis tidak dapat membentuk krop dan panennya menjadi gagal. Besarnya nilai kerugian akibat serangan P. xylostella mendorong petani untuk menerapkan aplikasi pestisida jenis insektisida kimia sintetis dalam mengendalikan hama P. xylostella di lahan pertanaman kubis (Herminanto, 2010). Contoh hama utama polong kedelai antara lain Phaedonia inclusa, Nezara viridua, dan Riptortus linearis.
Timbulnya hama biasanya disebabkan oleh terganggunya keseimbangan ekosistem di alam yang dipengaruhi oleh berbagai faktor diantaranya tingkat keragaman ekosistem pertanian, teknik budidaya tanaman (crop management), penanaman varietas unggul rentan hama, keragaman genetik rendah, menanam satu varietas secara terus menerus, musim tanam yang tidak sesuai, masuknya spesies hama baru ke suatu wilayah, dan terlalu mengandalkan penggunaan pestisida. 
Tingkat keragaman ekosistem yang rendah biasanya mempunyai daya dukung yang sangat rendah terhadap keragaman herbivor yang berasosiaasi dengan ekosistem tsb. Konskuensinya adalah mendorong adanya dominansi spesies yang terbatas di dalam ekosistem  Tanaman monokultur menyediakan satu jenis sumber makanan berlimpah untuk spesies hama tertentu, yang memberi peluang hama tersebut berkembang cepat, sementara perkembangan populasi musuh alaminya mungkin tertinggal jauh. Dominansi populasi spesies hama tersebut sangat berpotensi meledak menjadi hama penting pada ekosistem tersebut.
Teknik budidaya (Crop Management) mencakup pengelolaan pertanaman mulai dari perencanaa n tanama, pemilihan bibit, pengolahan tanah, manajemen kesuburan tanah, manajemen irigasi, pemeliharaan tanaman, pengelolaan hama dan penyakit tanaman sampai panen merupakan untaian kegiatan yang tidak terpisahkan. Teknik budidaya atau pengelolaan pertanaman merupakan suatu aktivitas pengelolaan sistem kehidupan tanaman agar tanaman memperoleh lingkungan yang sesuai dengan kebutuhan pertumbuhan dan perkembangannya. Apabila di dalam aktivitas pengelolaan itu terjadi perubahan kondisi yang berpengaruh baik juga terhadap kehidupan binatang hama maka ada potenssi untuk meningktnya populasi hama yang berpeluang meledak menjadi hama penting pada ekosistem tanaman tersebut.
Penanaman varietas unggul rentan biasanya diutamakan berumur pendek, tahan rebah, daun tegak dan produksi tinggi. Tingkat ketahanan terbatas terhadap OPT (tahan wereng pada padi, ulat guung pada kentang atau penyakit layu bakteri pada kentang). Pada hal persoalan hama adalah komplek dan rumit. Persoalan hama sering diarahkan pada pemanfaatan insektisida. Ekses pemanfaatan insektisida yang tidak dapat bermuara pada munculnya atau terjadinya ledakan hama.
Keragaman genetik rendah vairetas unggul biasanya bersifat monogenetik yaitu sifat ketahanannya disusun satu gen tahan, contohnya varietas padi VUTW1 yang sifat ketahanannya sangat sempit dan juga pendek. Ketika sifat varietas patah oleh generasi hama tertentu maka peluang terjadinya ledakan hama sangat tinggi.
Menanam 1 varietas terus menerus tanpa pergiliran tanaman memberi kondisi terhadap penyediaan bahan makanan sepanjang musim atau tahun bagi hama tertentu. Kondisi itu sangat kondusif bagi siklus hidup hama tanpa putus, sehingga berpotensi terjadinya edakan hama.
Masuknya spesies hama baru ke suatu wilayah akan beradaptasi dengan tanaman inang. Kemungkinan berubah status menjadi hama sangat tinggi.





Daftar Pustaka

Susila, I Wayan., Ni Putu Esa Yanti Supartha., & Ketut Ayu Yuliadhi. (2014). “Keragaman dan Kepadatan Populasi Parasitoid yang Berasosiasi dengan Plutella xylostella L. (Lepidoptera: Plutellidae) pada Tanaman Kubis Tanpa Aplikasi dan Aplikasi Insektisida”. E-Jurnal Agroekoteknologi Tropika. Vol. 3, 12-21.

Susila, I Wayan., Hendra Dwi Prasetyo., & Ketut Sumiartha. (2013). “Efikasi Minyak Atsiri Sereh Dapur (Cymbopogon citratus L.) terhadap Hama Ulat Daun Kubis (plutella xylostella L.) di Laboratorium”.  E-Jurnal Agroekoteknologi Tropika. Vol. 2, 99-107.


Supartha, I Wayan. 2016. “Ilmu Hama Tanaman”. Tersedia pada power point (15 Pebruari 2016).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar