Rabu, 18 Januari 2017

Mikroba yang Berperan Dalam Penambatan N

I.                   PENDAHULUAN

1.1.        Latar Belakang
Nitrogen adalah salah satu unsure yang sangat penting untuk tanaman. Sumber utama dari N ini adalah N bebas yang berada di atmosfer dengan persentase hamper 78 % volume dan jug bersumber dari  semua senyawa  yang berada di dalam jasad. Didalam tanah N sangat sulit sekali ditemukan karena N memiliki sifat yang sangat mudah larut dalam air.
Penambatan nitrogen bisa dimaknai suatu proses bercampurnya nitrogen dengan unsur lain, baik secara alami maupun secara sintetis (buatan). Proses percampuran ini biasanya terjadi di atmosfir. Dalam udara sendiri, kandungan nitrogen dapat mencapai hingga 70 %, dan disetiap satu hektar tanah terdapat kandungan nitrogen sebanyak 35.000 ton. Walaupun nitrogen sangat diperlukan bagi tanaman, tidak bisa serta merta nitrogen ini langsung digunakan oleh tanaman. Nitrogen yang bisa digunakan oleh tumbuhan harus diubah terlebih dahulu melalui mikroba penambat. Enzim mikroba organik pada prosesnya akan menggabungkan penambat N dan N atmosfir menjadi senyawa N organik. Setelah N organic terbentuk, barulah hasil senyawa gabungan ini disalurkan secara perlahan ke tanaman melalui jasad mikroba.
Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis akan membahas mengenai penambatan nitrogen dan mikroba yang berperan dalam penambatan N.

1.2.       Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang dapat dipetik dari paparan latar belakang diatas sebgai berikut.
1.      Apakah yang dimaksud dengan penambatan nitrogen (N)?
2.      Apa sajakah mikroba yang berperan dalam penambatan N?

1.3.       Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan ini yang hendak dicapai adalah.
1.      Untuk mengetahui pengertian dari penambatan nitrogen (N).
2.      Untuk mengetahui mikroba yang berperan dalam penambatan N.




II.                PEMBAHASAN

2.1.       Pengertian  Penambatan Nitrogen
Penambatan nitrogen adalah proses yang menyebabkan nitrogen bebas digabungkan secara kimia dengan unsur lain. Dalam atmosfer dengan satuan luas satu acre (0,46 ha) tanah diperkirakan ada 35.000 ton nitrogen bebas. Walaupun esensial mutlak bagi kehidupan, tidak satu molekulpun dapat digunakan begitu saja oleh tumbuhan, hewan atau manusia tanpa campur tangan jazad mikro penambat nitrogen. Sejumlah jazad mikro tanah dan air mampu menggunakan molekul nitrogen dalam atmosfer sebagai sumber N. Jazad mikro ini dibagi menjadi dua kelompok menurut cara penambatan N yang dilakukan yaitu :
A.  Penambatan N secara Biotik
Dalam sistem ini penambatan molekul nitrogen adalah hasil kerja sama mutualisme antara tumbuhan (leun dan tumbuhan lain) dengan sejenis bakteri. Masing-masin simbion secara sendiri-sendiri tidak dapat menambat nitrogen. Simbiosis antara bakteri dengan tumbuhan, misalnya antara species Rhizobium dengan legum adalah endosimbiosis, karena berlangsung didalam tumbuhan. Bakteri hidup dalam sel dan jaringan tumbuhan.
B.   Penambatan N secara Non Biotik
Penambatan N secara non simbiotik yaitu jazad mikro yang mampu mengubah molekulNmenjadi nitrogen sel secara bebas tanpa tergantung pada organisme hidup lainnya. Jazad mikro penambat N itu secara enzimatis menggabungkan N atmosfer dengan unsur-unsur lain untuk membentuk senyawa N-organik dalam sel hidup. Dalam bentuk organik ini kemudian N dilepaskan kedalam bentuk terlambat, tersedia bagi tanaman baik secara langsung maupun melalui aktifitas jasad mikro. Penambatan N non-simbiotik dapat juga terjadi di atmosfer akibat halilintar dan nitrogen oksida yan terbentuk oleh pembakaran mesin dapat mengalami fotokimia dan nitrogen yang terikat dengan cara ini jatuh ke tanah bersama air hujan.
Adapun factor-faktor yang mempengaruhi penmabatan N secara Non Biotik diantaranya yaitu faktor kimia dan lingkungan Faktor ini meliputi suhu, kelembaban, kadar pH, dan lainnya. Jasad mikroba umumnya lebih menggunakan ammonium untuk menambat nitrogen, dan bahan seperti nitrat dan urea menjadi penghambat bagi jasad mikroba untuk menambat nitrogen. Dalam penambatan nitrogen, jasad mikroba memerlukan molybdenum, besi, kalsium dan kobalt dengan jumlah yang memadai. Sumber energi yang tersedia juga akan membatasi besarnya penambatan nitrogen. Sisa bahan organik seperti jerami atau sisa tanaman lain akan meningkatkan faktor keberhasilan dalam penambatan nitrogen.
Kelembaban pada tanah juga memegang peranan penting dalam keberhasilan suatu penambatan. Selain itu, kandungan air dan pH tanah juga berpengaruh pada proses penambatan. Suhu optimal yang dibutuhkan oleh bakteri Beijerinckia untuk melakukan penambatan oksigen adalah suhu sedang. Namun di beberapa tempat, penambatan oksigen akan terus tetap terjadi walaupun pada musim dingin.

2.2.       Mikroba yang Berperan Dalam Penambatan N
2.2.1. Mikroba Penambat N secara simbiotik
1.    Rhizobium
Rhizobia adalah bakteri pemfiksasi nitrogen yang membentuk nodula akar dalam tanaman legum. Hampir semua spesies bakteria ini adalah famili Rhizobiaceae dalam alpha-proteobacteria dan salah satunya Rhizobium, Mesorhizobium, Ensifer atau genera Bradyrhizobium. Namun, pada penelitian akhir-akhir ini telah menunjukkan bahwa terdapat spesies lain dari Rhizobia ini. Dalam beberapa kasus  spesies baru ini telah membangun melalui transfer gen lateral dari gen simbiotik (Frank,  1889).
Genus Rhizobium (Frank, 1889) awal mulanya berasal dari bahasa latin yang artinya hidup di akar. Beberapa spesies kemudian pindah menjadi genera baru berdasarkan analisis pilogenetik dan sekarang ini meliputi 16 spesies. Rhizobia  adalah kelompok organisme yang sangat kecil (mikroorganisme) yang hidup di  dalam tanah. Rhizobia adalah bakteria yang bersel satu/tunggal, panjangnya sekitar 1.000 mm. 
Sel muda mengandung zat warna, merata kecuali strain dari R. Leguminosaarum dan R. trifolii sering berisi granule metachromatic.  Sel yang tua umumnya lebih lama dalam mengabsorbsi warna dan unstainde area dari polihydroksi butirat (PHB) yang menandai morfologi. Sel muda bergerak dengan flagella yang salah satunya bisa secara polar atau peritritious. Rhizobia muda, pada media kultur berbentuk batang dan menjadi bakteroid di bawah kondisi tertentu, serupa dengan bentu rhizobia pada nodula  (Fred,1932).

2.    Anabaena azollae
Anabaena  memiliki  heterocysts  dan  juga  berkembang akinetes  (dinding  sel tebal yang istirahat (dorman) yang dapat bertahan dalam endapan/sedimen  selama beberapa tahun. Kadang-kadang trichoma berkumpul dalam getah  (musilage),  tetapi trichoma  tidak  secara  jelas  menegaskan  koloni  mucilainous  terlihat  relatif  dekat (Wikipedia, 2011). Setiap individu sel umumnya memiliki dinding sel yang tebal, lentur, dan gram negatif. Sianobakteri tidak memiliki flagela. Mereka bergerak dengan meluncur sepanjang permukaan. Kebanyakan mereka ditemukan di air tawar, sedangkan lainnya tinggal di lautan, terdapat di tanah lembab, atau bahkan kadang-kadang melembabkan batuan di gurun. Beberapa bersimbiosis dengan lumut kerak, tumbuhan, berbagai jenis protista, atau Porifera dan menyediakan energi bagi inangnya (Wikipedia, 2011).
Mereka bisa bersel tunggal (uniselular) atau membentuk koloni. Koloni dapat berbentuk berkas (filamen) ataupun lembaran. Beberapa koloni filamen memiliki kemampuan untuk berdiferensiasi menjadi tiga tipe sel yang berbeda: sel vegetatif adalah yang normal, sel fotosintetik pada kondisi lingkungan yang baik, dan heterosista yang berdinding tebal, yang mengandung enzim nitrogenase sehingga mampu menyemat nitrogen dari udara (Wikipedia, 2011).

2.2.2. Mikroba Penambat N secara non- simbiotik
1.    Azotobacter
Azotobacter spp  adalah genus bakteri diazotropic yang  hidup bebas yang memiliki fase/tahap istirahat dalam cyst nya. Azotobacter terutama dapat kita temukan pada jenis tanah netral sampai dengan tanah alkalin/basa, lingkungan akuatik, dan pada beberapa tanaman. Azotobacter memiliki beberapa kemampuan metabolik, termasuk mengikat nitogen bebas melalui konversi menjadi ammonia. Sistem yang unik dari Azotobacter ini adanya tiga enzim nitrogenase yang berbeda  yang membuat para peneliti tertarik pada bakteri ini. Azotobacter spp telah meningkatkan kecepatan metabolik pada beberapa organisme. Bakteri ini  hidup  bebas yang tumbuh dengan baik pada media bebas nitrogen (Brock, et al., 1994).
Bakteri ini  menggunakan  nitrogen  bebas  untuk  sintesis  sel  protein.  Sel protein ini kemudian mengalami proses mineralisasi dalam tanah setelah Azotobacter mengalami kematian, dengan demikian berkontribusi terhadap ketersediaan nitrogen bagi tanaman budidaya. Genus Azotobacter dicirikan dengan sel berbentuk batang, gram negatif, bersifat aerobik obligat dan mempunyai ukuran  sel yang lepih panjang dari prokariot lainnya dengan diameter sel 2-4 µm atau  lebih. Beberapa strain motil dengan  flagel peritrikha (Brock, et al., 1994).
Pada media yang mengandung karbohidrat, bekteri ini membentuk kapsul yang berfungsi  melindunginya dari lingkungan luar. Bakteri ini memiliki struktur khusus yang disebut kista. Kista ini bersifat seperti endospora, yakni tubuh berdinding tebal, sangat reaktif dan resisten, tahan terhadap proses pengeringan, pemecahan mekanik, ultraviolet dan radiasi ionik (Brock, et al., 1994).

2.    Azospirillum
Bakteri penambat N Azospirillum sp. yang sebenarnya sudah lama dikenal seolah-olah  terlupakan  selama  puluhan  tahun  sejak  pertama  kali  ditemukan  oleh  Beijerinck. Baru pada tahun 1974 setelah Day dan Dobereiner mengamati adanya asosiasi yang erat antara jasad tersebut dengan perakaran berbagai rerumputan tropika, banyak ahli mulai tertarik untuk melakukan penelitian mengenai jasad renik tersebut. Adanya asosiasi yang erat antara jasad tersebut dengan perakaran berbagai rerumputan tropika, banyak ahli mulai tertarik untuk melakukan penelitian mengenai jasad renik tersebut. Nama Azospirillum sebagai  genus  bakteri  penambat  N2  diajukan  oleh  Krieg  dan  Tarrand  (1978)  sebagai pengganti  Spirillum  lipoferum  yang  dikemukakan  pertama  kali  oleh  Beijerinck  pada  tahun 1925 (Nurhayati, 2006).
Pada  mulanya  Azospirillum  sebagai  genus  mencakup  dua  spesies  yang  dikenal, yaitu  Azospirillum  lipoferum  dan  Azospirillum  brasilense.  Sekarang  ada  lima  species  tambahan,  yaitu  Azospirillum  amazonense,  A.  dobereinerae,  A.  halopraeferens,  A. irakense, dan A. largimobile (Nurhayati, 2006). Bakteri  Azospirillum  sp.  dapat  diisolasi  dari  sepotong  akar  yang  tumbuh  di lapangan  dengan  aktivitas  nitrogenase  aktif  yang  tinggi  melalui  penelusuran  dengan metode  ARA  (Acetylene  Reduction  Assay).  Bakteri  terlihat  berbentuk  batang  bengkok berbagai  ukuran  dengan  bentuk  setengah  lingkaran  atau  sampai  lingkaran  penuh (spiral)  dan  dengan  refraksi  tubuh  lipid  yang  nyata.  Sel  bakteri  sangat  aktif  dan motilitasnya sangat karakteristik (Hamdi, 1982).



III.             PENUTUP

3.1. Simpulan
Dari pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut.
1.      Penambatan nitrogen adalah proses yang menyebabkan nitrogen bebas digabungkan secara kimia dengan unsur lain.
2.      Mikroba Penambat N dibagi menjadi dua yaitu mikroba penambat N secara simbiotik contohnya: Rhizobium dan Anabaena azollae, dan mikroba penambat N secara non-simbiotik contohnya: Azotobacter dan Azospirillum.

3.2. Saran
Berdasarkan pembahasan dan kesimpulan dapat kami sarankan kepada petani agar dapat menjaga kelestarian alam supaya mikroba penambat N dapat terjaga kelestariannnya.

















DAFTAR PUSTAKA

Agroekoteknologi. “Penambatan Nitrogen. Diakses dari: http://agroteknologi.web.id/penjelasan-mengenai-penambatan-nitrogen/. Diakses tanggal 15 Mei 2016.
Dominiquel. 2015. Pengertian Penambatan Nitrogen. Diakses dari: http://dominique122.blogspot.co.id/2015/05/pengertian-penambatan nitrogen.html. Diakses tanggal 15 Mei 2016.
Anonym. 2013. Bakteri Penambat Nitrogen. Diakses  dari:  http://hindut89.blogspot.co.id/2013/02/bakteri-penambat-nitrogen-n.html. Diakses tanggal 15 Mei 2016.
Anonim. Penambat Nitrogen. Diakses  dari:  https://www.academia.edu/3997189/6._BAKTERI_PENAMBAT_NITROGEN. Diakses tanggal 15 Mei 2016.


Laporan Praktikum Pertanian Ramah Lingkungan

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
            Dewasa ini upaya peningkatan hasil produksi tanaman budidaya semakin ditingkatkan. Salah satunya ada di Kabupaten Tabanan. Kabupaten Tabanan di juluki sebagai lumbung padi. Oleh karena di sana banyak memproduksi beras dan lahan yang ada adalah rata-rata persawahan. Akan tetapi di kabupaten Tabanan tidak hanya memproduksi beras. Ada beberapa wilayah yang memang cocok untuk ditanami tanaman tertentu atau tanaman holtikultura lainnya. Salah satunya di wilayah Bedugul tepatnya di Desa Kembang Merta.
Bedugul memiliki suhu yang cocok untuk tanaman holtikurtura jenis sayur-sayuran. Di Desa Kembang Merta berdiri Perusahaan Daerah Sayur Mayur Provinsi Bali sejak tahun 1967. Berdirinya perusahaan ini merupakan inisiatif pemerintah Provensi Bali, untuk mendukung pasokan sayuran di daerah bali umumnya dan khususnya  untuk mendukung sektor pariwisata.
Perusahaan yang di bentuk oleh Provinsi Bali  terdiri dari beberapa unit yaitu : Unit industri dan perdagangan, Unit bali tek, Unit peternakan , Unit sayur  mayur dan Unik pulukan.  Yang masih berjalan saat ini yaitu Unit Sayur Mayur dan Unit Pulukan sedangkan unit lainnya tidak bisa berjalan karana ada kendala hal. Masih berjalannya Unit Sayur Mayur dan Unit Pulukan ini karena pengelolaannya yang baik. Oleh karena itu pada praktikum kali ini perlu diketahui jenis tanaman dan cara budidaya pada Perusahaan Daerah Kembang Merta. Sehingga mahasiswa dapat belajar dan menambah wawasannya.

1.2 Tujuan Praktikum
  1. Untuk mengetahui jenis tanaman yang diusahakan di Perusahaan Daerah  Sayur Mayur Provinsi Bali.
  2. Untuk mengetahui tahapan budidaya tanaman yang ada di Perusahaan Daerah Sayur Mayur Provinsi Bali.






BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pertanian Organik
Pertanian organik menurut International Federation of Organic Agriculture Movements/IFOAM (2005) didefinisikan sebagai sistem produksi pertanian yang holistik dan terpadu, dengan cara mengoptimalkan kesehatan dan produktivitas agro-ekosistem secara alami, sehingga menghasilkan pangan dan serat yang cukup, berkualitas, dan berkelanjutan.Tujuan yang hendak dicapai dalam penggunaan sistem pertanian organik menurut IFOAM antara lain:
1.      Mendorong dan meningkatkan daur ulang dalam sistem usaha tani dengan mengaktifkan kehidupan jasad renik, flora dan fauna, tanah, tanaman serta hewan.
2.      Memberikan jaminan yang semakin baik bagi para produsen pertanian (terutama petani) dengan kehidupan yang lebih sesuai dengan hak asasi manusia untuk memenuhi kebutuhan dasar serta memperoleh penghasilan dan kepuasan kerja, termasuk lingkungan kerja yang aman dan sehat.
3.      Memelihara serta meningkatkan kesuburan tanah secara berkelanjutan.
IFOAM (2005) menetapkan prinsip-prinsip dasar bagi pertumbuhan dan perkembangan pertanian organik. Prinsip-prinsip ini berisi tentang manfaat yang dapat diberikan pertanian organik bagi dunia, dan merupakan sebuah visi untuk meningkatkan keseluruhan aspek pertanian secara global. Prinsip-prinsip ini diterapkan dalam pertanian dengan pengertian luas, termasuk bagaimana manusia memelihara tanah, air, tanaman, dan hewan untuk menghasilkan, mempersiapkan, dan menyalurkan pangan dan produk lainnya. Prinsip-prinsip tersebut adalah: 1) prinsip kesehatan; 2) prinsip ekologi; 3) prinsip keadilan; dan 4) prinsip perlindungan




2.2 Pertanian ramah lingkungan
Sistem pertanian ramah lingkungan adalah aktivitas pertanian yang secara ekologi sesuai, secara ekonomi menguntungkan, secara sosial diterima dan mampu menjaga kelestarian sumberdaya alam dan lingkungan (Susanto, 2002).  Menurut Ala (2001) sitem pertanian ramah lingkungan, merupakan salah satu bagian dari pengembangan sistem pertanian berkelanjutan, yang dapat terlaksana, bila memenuhi lima pilar, yaitu (a) produktif, (b) berisiko kecil, (c) tidak menimbulkan degradasi lahan dan air, (d) menguntungkan secara ekonomi jangka panjang dan (e) diterima oleh masyarakat.
      Tujuan yang hendak dicapai dengan melaksanakan sistem pertanian ramah lingkungan menurut Zebua (2003)  adalah (a) keseimbangan ekologis, (b) terjaganya keanekaragaman hayati, (c) terjaganya kelestarian sumberdaya alam, (d) lingkungan yang tidak tercemar dan (e) tercapainya produksi pertanian yang berkelanjutan.

 2.3 Pertanian konvensional
Sistem pertanian konvensional adalah sistem pertanian modern yang saat ini banyak di kembangkan di seluruh dunia pertanian yang lebih berorientasi pada industri, pengolahan, bibit hybrida, pupuk kimia dosisi tinggi, penggunaan herbisida dan insektisida. Sistem pertanian konvensional ini memiliki tujuan untu meningkatkan hasil produksi tanaman dengan penambahan unsur eksternal (pupuk kimia dan pestisida) sehingga didapatkan produksi yang tinggi. Selain itu, teknologi yang digunakan pada system ini telah maju dan berkembang. Pada perkembangannya sistem pertanian konvensional ini menerapkan panca usaha tani sebagai acuan pengembangan program yang dilakukan.
Definisi konvensional adalah sebuah kata yang menujukan sifat. Yaitu sesuatu untuk menyatakan segala sesuatu kegiatan (bersama) atau tindakan berdasarkan konvensi. Hal ini artinya setiap konsep yang akan dikerjakan pelaksanaannya harus berdasarkan ketentuan-ketentuan yang telah disepakati atau sesuai dengan perundang-undangan. Biasanya setiap orang yang terkait dengannya dan sudah memahaminya, sehingga proses kegiatan bisa berjalan dengan baik.








BAB III
METODELOGI PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum dilaksanakan pada hari Jumat, 7 Mei 2016 pukul 07.00 WITA - selesai yang bertempat di Kebun Sayur Mayur Perusahan Daerah Pemerintah Provinsi Bali, di Jl. Raya Bedugul, Desa Kembang Merta, Kabupaten Tabanan.

3.2 Alat dan Bahan
Adapun alat-alat yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah sebagai berikut.
1.      Alat tulis 
2.      Perekam / recorder
3.      Kamera
Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah sebagai berikut.
1.      Jenis tanaman yang ada di lapangan
2.      Jenis pupuk yang digunakan oleh petani
3.      Jenis pestisida yang digunakan oleh petani

3.3 Metode
1.      Melihat dan mengamati jenis tanaman yang ada dilapangan.
2.      Menanyakan ke petani cara pengolahan lahan yang dilakukan.
3.      Menanyakan jenis, dosis dan cara pemberian pupuk maupun pestisida yang dilakukan oleh petani.
4.      Mencatat dan mendokumentasikan hasil pengmatan dan hasil wawancara.







BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Kebun Sayur Mayur Perusahan Daerah Pemerintah Provinsi Bali, di Jl. Raya Bedugul, Desa Kembang Merta, Kabupaten Tabanan.
A.    Profil Perusahaan
1.      Ketinggian tempat usaha             : > 1200 – 1300 m dpl ( diatas permukaan laut )
2.      Sejak kapan berdiri          : tahun berdiri 1967
3.      Luas lahan                        : kurang lebih 3,5 hektar
4.      Pemilik lahan                    : Perusahan Daerah Pemerintah Provinsi Bali
5.      Jumlah petani                   : 11 orang

B.     Pengelolaan Tanaman
1.      Jenis tanaman yang diusahakan : tanaman sayur mayur (lebih dari 50 jenis tanaman sayur mayur )
2.      Cara mengolah tanah : dengan cara tradisional yaitu masih menggunakan cangkul dimana pengolahan tanah dilakukan sekali untuk tiga kali penanaman.

C.     Pupuk
1.      Pupuk anorganik  : NPK ( cap mutiara dan DGW )
Dosis                    : 10 gr/ bedengan
Cara pemberian    : dengan cara ditebar
2.      Pupuk organik      : pupuk kandang ayam dan pupuk kandang sapi
Dosis                    : 5 kg/ bedengan
Cara pemberian    : dengan cara ditebar
3.      Pupuk daun          : Green Tonic

D.    Pengendalian organisme pengganggu tanaman : yaitu menggunakan pestisida, adapun pestisida yang digunakan seperti :
1.      Fungisida             : Daconil dan Antrakol
Dosis                    : untuk tanaman cabai yaitu 5cc/12 liter air.
Cara pemberian    : dengan cara disemprot
2.      Insektisida            : Dusbarn
Dosis                    : untuk tanaman cabai yaitu 5cc/12 liter air.
Cara Pemberian    : dengan cara disemprot

4.2 Pembahasan
4.2.1 Tanaman yang diusahakan di di Perusahaan Daerah  Sayur Mayur Provinsi Bali
Dari hasil pengamatan dan wawancara dari pihak perusahaan daerah sayur mayur  terdapat 50 jenis tanaman sayuran dan beberapa tanaman bumbu-bumbuan yang dibudidayakan, yang dibagi kedalam dua kelompok yaitu: Komoditi pokok: wortel, tomat, kentang, lombok merah, selada bulat, kol putih, sawi putih, lobak, buncis, selada keriting supini, romana hijau, sawi korea, pokcai, kwije, roro barber, sawi hijau, kubis merah, terung kintamani, selada kuning, selada bulat, mentimun. Komoditi tambahan (bumbu bumbuan) diantaranya Rosc mary, parselai, batter kuning, batter merah, daun adas,  daun mint dan masih banyak lagi.

4.2.2 Tahapan Budidaya Tanaman di Perusahaan Daerah  Sayur Mayur Provinsi Bali
  1. Penggunaan bibit unggul
Benih unggul merupakan benih yang telah di pilih dan di pilah agar menghasilkan kualitas yang baik dan tahan hama penyakit dan gangguan lainnya.dari pengamatan dan wawancara yang dilakukan bahwa pada tempat penelitian menggunakan benih ungul yang di infort dari luar yang merupakan benih hibrida.


  1. Pengolahan tanah yang baik
Tanah yang baik adalah tanah yang mampu menyediakan unsur-unsur hara secara lengkap. Selain harus mengandung zat organik dan anorganik, air dan udara, yang tidak kalah penting adalah pengolahan tanah yang bertujuan memperbaiki struktur tanah. Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara dari pihak pd sayur mayur, bahwa pengolahan tanah dilakuakan dengan cara tradisional yaitu menggunakan cangkul. Hal yang pertama dilakukan adalah penggemburan tanah kemudian pembuatan bedengan dan saluran irigasi sedemikian rupa sehingga dapat mndukung produksi tanaman.
  1. Pengairan atau irigasi
Irigasi adalah usaha penyediaan dan pengaturan air untuk menunjang pertanian, yang jenisnya meliputi irigasi air permukaan, irigasi air bawah tanah, irigasi pompa dan irigasi tambak. Dari hasil wawancara yang dilakuakan baha sumbar air yang digunakan untuk pengairan tanaman berasal dari bukit/ pegunungan yang beraa didekat daerah lahan yan disalurka menggunakan pipa langsung mengalir ke masing- masing lahan petani, penyiraman dilakukan menyesuaiakan dengan keadaan tanah dan tanaman.
  1. Penumpukan
Pemupukan bertujuan untuk menggantikan hara yang hilang terbawa panen, volatilisasi, pencucian, fiksasi, dan sebagainya. Pemupukan yang dilakukan di perusahaan daerah syur mayur menggunakan dua jenis pupuk ytaitu pupuk organik dan anorganik, pupuk organik yang digunakan adalah pupuk kandang ayam dan pupuk kandang sapi, tetapi dalam kesehariannya pupuk kandang ayam lebih banyak digunakan karana lebih mudah untuk didapatkan dan penggunaan pupuk organik hanya dilakukan pada pengolahan tanah (pupuk dasar) dengan dosis 5 kg per meter , sedangkan pupuk anorganiak yang digunakan yaitu pupuk NPK (NPK mutiara, NPK DGW) Yang diaplikasikan pada saat pengolahan tanah dan juga  setelah pengolahan tanah tergantung jenis tanaman dengan dosis 10 gr per meter, pada saat pengolahan tanah diaplikasikan dengan cara ditebar, dan saat tanaman sudah tumbuh diaplikasikan secara dikocor dengan dosis dan konsentrasi yang sudah dianjurkan.
  1. Pengendalian hama/penyakit
Pengendalian hama dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu mekanis, lingkungan atau ekologi, dan kimiawi. Dari hasil wawancara dengan pihak perusahaan daerah sayur mayur poengendalian hama/penyakit menggunakan bahan kimia (pestisida), hama yang paling banyak menyeran tanaman adalah ulat Plutela, sedangkan penyakit yang paling banyak menyerang adalah penyakit akar gada terutama pada tanaman kubis dan tanaman brokoli yang belum bisa dikendaliakan oleh petani sehingga tidak jarang membuat petani tidak dapat produksi dengan maksimal. Pengendalian hama dan penyakit dilakuakn dengan menyemprotkan pestisida, untuk waktu penyemprotan disesuaikan dengan lingkungan dan jenis tanaman. Adapun fungisida yang dipakai adalah Daconil dan Antrakol. Sedangkan insektisida yang dipakai adalah Dusbarn.

  





BAB V
PENUTUP

5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut.
  1. Tanaman yang diusahakan di Perusahaan Daerah Sayur Mayur Provinsi Bali ada 50 jenis tanaman sayuran dan beberapa tanaman bumbu-bumbuan yang dibudidayakan diantaranya: wortel, tomat, kentang, lombok merah, selada bulat, kol putih, sawi putih, lobak, buncis, selada keriting supini, romana hijau, sawi korea, pokcai, kwije, roro barber, dan lain-lain.
  2. Budidaya tanaman yang ada di Perusahaan Daerah Sayur Mayur Provinsi Bali yang dilakukan antara lain: penggunaan bibit unggul, pengolahan tanah yang baik, pengairan atau irigasi, penumpukan, dan pengendalian hama/penyakit

5.2 Saran
Adapun yang dapat saya sarankan adalah sebagai berikut.
1.      Kepada petani agar lebih memperhatikan penggunaan pestisida yang ada. Usahakan menggunakan pestisida nabati yang lebih ramah lingkungan.
2.      Kedapa mahasiswa agar lebih memperhatikan pemandu yang memberikan pengarahan.
3.      Kepada pemandu agar lebih merinci lagi tentang informasi yang ada sehingga mahasiswa dapat belajar lebih banyak lagi.








DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2014. “Definisi Sistem Pertanian Konvensional”. Tersedia pada: http://hutantani.blogspot.co.id/2014/05/definisi-pengertian-sistem-pertanian-konvensional.html. Diakses tanggal: 2 Juni 2016.

Anonim.2011.”Pertanian Organik”. Tersedia pada: http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/37119/4/Chapter%20II.pdf . Diakses pada 2 Juni 2016.


Sumansangadji. 2013. “Pertanian Ramah Lingkungan”. Tersedia pada: http://sumansangadji30.blogspot.co.id/. Diakses tanggal: 2 Juni 2016.